Selasa, 29 Maret 2011

FanFiction.PG15~Special Present.~

Nih FF yang buat Temenku, krena aku ultah .. thank you ^,^ Gomawo gomawo !!
Special Present
..:: Happy Birthday Chingu :..
This is not all , but this is special for u

Cast :
Choi Minho
Kim I Seul
Kim Kibum
Shin Mingi

Aku memang bukan yang terbaik,
Tapi aku memberikan semua yang terbaik untukmu
Walau kadang itu menyakitkan


I Seul POV
“I Seul, tunggu aku !”
Aku memalingkan mukaku, dan mempercepat langkahku. Masa bodoh dengan yeoja yang menyebut dirinya sebagai sahabatku itu.
“wae ?”
Tanyaku dingin saat ia berhasil menyejajari langkahku.
“ini, dari Kibum oppa. Kuharap kau menerimanya.”
Aku menatapnya tajam. Ia menunduk, tak berani menatap mataku langsung. Kibum oppa, mantan kekasihku. Sekarang ia malah seenak jidat memberiku bingkisan dari orang yang menjadi  kekasihnya itu.
Shin Mingi, ia memang sahabatku. Tapi itu dulu, sebelum aku putus dengan Kibum oppa. Aku kesal sekali mengetahui bahwa ia juga memendam rasa dengan kekasihku saat itu. Dan kekesalanku memuncak saat tahu ia sering jalan dengan kekasihku. Walaupun dengan alasan Kibum oppa hanya mengantarnya ke rumah sakit, tapi itu berjalan dengan sangat lama. apa penyakitnya ?! sampai-sampai oppa harus mengantarnya terus ? apa ia tak punya sanak saudara lagi ? aku tahu orangtuanya sudah tiada, tapi bisakah ia selesai mengganggu hubunganku dengan oppa ? aku cemburu, tentu ! aku sebal melihat keakraban mereka. Ditambah perhatian oppa menjadi semakin besar terhadapnya. Dan kini, ia malah menusukku dari belakang. Kibum oppa menjalin hubungan denganya, dan aku di campakkan ! tahu bagaimana rasanya ?!! sakit sekali !! dia itu sahabatku !! kenapa bisa berbuat seperti itu ??!! Kibum adalah pacarku !! kenapa ia tega merebutnya dariku yang berstatus sebagai sahabatnya ??
“apa ini ?”
Aku bertanya, dan ia menatapku dengan pandangan berbinar. Mungkin ia pikir, aku mulai tertarik dengan bingkisan yang ia bawa. Cuih !
“bubur ayam, kata oppa, kau suka makanya aku suruh ia membuatkanya untukmu. Terimalah !”
Aku menerima bingkisan itu, membuka mangkuk yang beraroma itu dengan cepat, dan..
“terimakasih, buburnya enak sekali.”
Aku tersenyum senang melihat rambutnya yang lepek terkena guyuran bubur ayam yang masih panas, ia tidak berteriak, hanya terisak pelan. Aku bertaruh bahwa mukanya itu akan sedikit hancur karena guyuran-ku. Hahaha.. masa bodoh ! biarkan saja, mati juga aku tak akan menyesalinya !
--
Siang ini aku mau ke perpustakaan. Ada sebuah buku incaranku, nothing better. Aku penasaran dengan buku yang sering mantan sahabatku baca. Walaupun kelihatanya aku sangat tidak peduli, sebenarnya aku sangat memperhatikanya. Tapi tatapanku memang tak bisa diubah. Aku benci mengingatnya merebut kekasihku. Aku benci mengingat bahwa aku kalah denganya. Aku benci !! terlebih..
“AKU BENCI SHIN MINGI !”
BRUKK !!
“oh, mianhae.. jeongmal mianhae.. hm.., I Seul-ssi ?”
Aku mengernyit. Menajamkan penglihatanku, pusing merayap hinggap di kepalaku. Pantas saja, kepalaku membentur tangga yang seharusnya kunaiki. Ah, tapi siapa dia ?
“hey, gwenchana ?”
“apa yang baik-baik saja ? apa kau tak lihat kepalaku membentur tangga ? bukanya minta maaf, kau malah mempertanyakan sesuatu yang aneh, ah !”
Omelanku berhenti saat punggung tanganya menyentuh pelipis kananku. Aku tersentak melihat banyak darah di tanganya. Dan seketika itu juga, pandanganku kabur.
--
“hey, kau sudah bangun ?”
Aku mengernyit lagi. Suara yang sama. Pelipis kananku sudah di perban, mungkinkah orang ini yang menolongku ? tidak ! bukankah memang seharusnya ia yang menolongku, dia kan yang menubrukku juga ! dan sampai sekarang, dia belum minta maaf !! dasar namja..
“Mingi-ah.. gwenchanayo ?”
Aku mengernyit lebih dalam. Itu suara.. Kibum oppa ? sedang apa dia disebelah ?
“kau kenapa ?”
Konsentrasiku buyar karena namja dihadapanku ini. Aku mendesah sebal. Lalu menatapnya tajam. MWOYA ?? dia.. tampan sekali.. ah, aniya !! dia namja bbabo !
“hello ?”
“ah, ne ne ! mwoya ?”
“kau sudah baikan ? kalau begitu, aku ijin pulang dulu—“
“KAU INGIN PULANG ?? SUDAH MENCELAKAKANKU , DAN MEMBUATKU BEGINI, KAU INGIN PULANG ?!! MINTA MAAF SAJA BELUM, KAU INGIN PULANG ?!! NAMJA BBABO !! – emmph.. lep..mm..”
“kau ini memang cerewet sekali ya ? tidak salah kibum dulu memutuskanmu. Kau sadar tidak ini dimana ? ini bukan warung yang kau bisa seenaknya berteriak-teriak. Kau tak tahu pasien disamping ? itu kan sahabatmu, kenapa kau sok cuek terhadapnya ? lagipula, aku sudah minta maaf. Kau saja yang tak mendengarnya, oh ya, satu lagi. Kau ini yang bbabo, kau sendiri belum minta maaf pada sahabatmu atas perlakuanmu tadi pagi, kan ? kau yang membuatnya harus tinggal di sini untuk setengah hari.—“
“LEPAS ! kau ini siapa ? jangan pernah mencampuri urusanku !”
Aku kesal. Kesal sekali. Berani-beraninya ia mencampuri hidupku ?! sebenarnya siapa dia ?!! bisa-bisanya mengarang factor kibum oppa memutuskanku ! aaah !!
Kulangkahkan kakiku yang sedikit sempoyongan keluar UKS. Dari celah-celah gorden, bisa kulihat Mingi terisak memegangi mukanya yang merah. Dan seorang namja yang tak lain adalah Kibum oppa, sedang menepuk punggungnya, menenangkan. Ah ! aku bisa gila melihat adegan romantic ini !!
“mwo hae ? kau iri dengan mereka ?”
Aku mendelik kearah namja menyebalkan ini. Kulangkahkan kakiku dengan hentakan-hentakan keras. Sungguh, aku benci dia !
--
“Naneun Choi Minho imnida. I Seul-ssi ?”
Aku melirik tajam kearahnya. Siapa yang menyuruhnya duduk dihadapanku ?
“hello~ siapa yang memperbolehkanmu duduk disini ?”
“bukankah ini tempat umum ?”
Aku mendesah sebal. Tentu saja ini tempat umum ! tapi bukankah seharusnya ada kesopan santunan yang harus ia bawa, walaupun aku dan dia adalah teman satu sekolah.
“maafkan aku, aku memang belum ijin untuk duduk disini. Bolehkah aku duduk disini ?”
Aku mendelik lagi. Tapi kini lebih ke tatapan tak percaya. Orang dihadapanku ini.. tampan ! sungguh, bila aku harus memilih antara kibum oppa atau minho, aku pasti memilih minho ! sudah tinggi, tampan, kaya mungkin, aih, perfect !
“hey ! jangan menatapku seperti itu.”
Aku tersentak. Pipiku merona merah. Malu, tentu saja.
“ah, sudahlah ! terserah kau saja ! nafsu makanku tiba-tiba menghilang begitu melihat mukamu. Annyeong !”
Dengan enggan aku melangkahkan kakiku pergi dari restaurant kesukaanku ini. Ia hanya berdecak, dan mengikutiku dari belakang.
“wae ?! kau ini kenapa ? apa jangan-jangan kau seorang stalker ?”
Ia tertawa. Dan aku kembali terhenyak. Melihatnya tertawa lepas seperti itu.. membuat jantungku serasa berhenti berdetak.
“ya ! lagi-lagi kau melihatku seperti itu. Apa aku terlalu mempesona bagimu ?”
Aku manyun dan mulai melangkah sebal. Kenapa orang ini jadi besar kepala ?
“hey, chankaman ! jangan pergi lagi, apa kau tak mau melihat-lihat kota seoul pada malam hari ?”
“tch, sudah sering.”
“denganku ?”
Aku menghentikan langkahku. Sepersekian detik aku merasa bagai melayang. Apa lagi ini ?
“kenapa harus denganmu ?”
Aku mencoba menstabilkan suasana hatiku dengan jawaban dingin. Maksudku, sok dingin.
“bodoh, lalu sama siapa lagi ? toh hanya aku yang mengajakmu pergi malam ini ! kau mau ?”
Tak ada kata yang bisa membuatku mengelak lagi. Aku pasrah saat tanganku mulai berada di genggamanya. Bukan pasrah, tapi senang. Sejenak, aku melupakan segala dendam dan permusuhan yang sering kali membuatku pusing.
--
Kibum POV
“ayolah, tolong kau makan, Mingi-ah.. kau mau kusuapi ?”
Yeoja yang sedang berbaring lemah di atas ranjang itu menggeleng. Aku menghela nafas.
“jangan membuat dirimu lebih sakit, dongsaeng..”
Kataku sambil mengelus rambut panjangnya. Ia hanya menatapku dengan pandangan kosong. Aku tahu yang ia inginkan, tapi sudah seharusnya ia mulai melupakan mereka.. mulai melupakan dua orang yang membuat hidupnya hancur, orang tua kami.
“aku ingin bertemu dengan umma dan appa. Tolong antarkan aku, oppa..”
“setelah apa yang mereka lakukan terhadapmu, kau tetap ingin bertemu dengan mereka ? kau ini jangan terlalu baik, Mingi ! aku saja sudah muak dengan kenyataan ini..! sudahlah, lupakan mereka !”
Ia menunduk, dan mulai terisak. Aku menghela nafas berat. Lalu mendekapnya dalam pelukan.
--
Minho POV
“wanna be my girlfriend ?”
Aku memberanikan diri bertanya. Sudah cukup pengintaianku selama ini. Dan kurasa, aku memang jatuh cinta pada yeoja yang berstatus sebagai sahabat tunanganku. Emm.. tepatnya mantan sahabat. Tapi tunanganku itu terlalu baik, dan ia masih menganggap yeoja dihadapanku ini adalah sahabatnya, padahal ia sudah jahat terhadapnya.
“mwo ? kau bercanda ? kita baru saja mengenal satu sama lain , minho !”
Aku berdecak, lalu tersenyum.
“wae ? kau tak percaya padaku ?”
“uhm.. bukan begitu.. hanya saja, ini terasa sangat cepat bagiku ! bahkan aku tak tahu kau tinggal dimana, berapa nomor ponselmu, dan—“
“bisa kau diam sebentar ? kau ini cerewet sekali, nona.”
“…mianhae.”
“gwenchana.. jadi ? kau belum siap menerimaku ?”
“aniiya,, hanya saja..”
CUP~
“sudah siap ?”
Ia tersentak dan mundur perlahan. Kulihat rona merah menghiasi pipi-nya. Aih, dia terlihat sangat manis bila begitu.. hehehe..
“Minho-ya.. kau merebut first kiss ku.”
Aku menahan tawa, tapi detik kemudian bertanya lagi,
“memang kau belum melakukanya dengan Kibum ?”
Kulihat binar matanya redup saat aku bertanya tentang hubunganya dengan Kibum. Lalu ia menggeleng, dan membuat ukiran senyumku mengembang.
“jadi.. tak ada kata untuk mengelak lagi, bukan ?”
“ehm.. nde~”
Aku tersenyum senang. Walaupun statusku sebenarnya adalah bertunangan, tapi berpacaran dengan yeoja dihadapanku ini lebih menyenangkan. Karena aku menjalaninya dengan sepenuh hati, tak seperti dengan tunanganku, aku terpaksa melakukanya ! kenapa ? aku tidak ingin masa depanku suram ! maka kuputuskan untuk bertunangan dengan seorang anak konglomerat yang sudah ditinggal mati oleh kedua orangtuanya beberapa minggu yang lalu. Dia adalah Shin Mingi. Tunanganku yang kucampakkan.
--
Mingi POV
“yeoboseyo.. Minho oppa,, bogosipoyo.”
“ah.. nde.. mwo hae ?”
“aniiya, aku hanya rindu padamu. Bisa kita bertemu ?”
“heh ? malam ini ?”
“nde.. kau sedang sibuk ?”
“ehm, yah.. sebenarnya aku sedang ada acara di luar, tapi.. jika itu mau mu, baiklah. Kau mau bertemu dimana ?”
“taman kota ! sudah jarang aku kesana..”
“aratso.. aku akan kesana sekarang, annyeong !”
“annyeong !! ehm, saranghaeyo oppa..”

KLIK !

Aku tersenyum menatap ponselku. Ah.. malam ini aku akan bertemu denganya. Sudah lama aku menantikan malam seperti ini. Apa harus kuberitahu pada Kibum oppa ? ah, aniiya.. jangan ! lagipula nanti ia pasti marah dan tidak memperbolehkanku pergi denganya ! aniiya aniiya !! aku ingin sekali bertemu denganya !
Kucoba menstabilkan keadaanku yang sebenarnya belum pulih betul. Kurenggangkan tubuhku yang lemas ke kanan dan ke kiri. Lalu kuambil mantel tipis, syal, dan penutup kepala, tak lupa ponsel kuselipkan di dalam kantong. Aku tak ingin membuat Kibum oppa khawatir, maka kukirim sebuah pesan padanya.
OPPA, AKU KELUAR SEBENTAR. ADA KEPERLUAN, KAU JANGAN KHAWATIR, AKU AKAN MENELPONMU JIKA ADA SESUATU YANG GAWAT.
Lalu kulangkahkan kakiku keluar rumah dan langsung disambut oleh angin yang bertiup sedikit kencang. Kueratkan mantelku dan mulai mempercepat langkahku.
--
Minho POV
“mianhae, I Seul-ah.. aku harus pergi ke taman kota. Ada seseorang yang menungguku disana.”
“eh ? nugu ? kenapa kau tak mengajakku ?”
“ehm.. mengajakmu ? ah ne, baiklah.. kajja ! kita ke taman kota.”
“Ne.. kajja !”
Katanya sambil menggenggam tanganku. Aku tersenyum senang melihat perlakuanya. Sekarang aku merasa benar-benar beruntung mendapatkanya. Tapi.. bagaimana dengan yeoja yang menyuruhku menemuinya di taman kota ? yeoja yang seharusnya kunikahi ? yeoja yang selalu berkata saranghaeyo padaku ? tegakah aku mengatakan yang sebenarnya ? tegakah aku melihat ia menangis ?
--
Mingi POV
AIGOO, MINGI-AH.. YA SUDAHLAH, JANGAN BERBUAT MACAM-MACAM. JANGAN MENEMUI ORANG YANG BELUM KAU KENAL, JANGAN BERTINGKAH ANEH, JANGAN LAMA-LAMA DII LUAR, KONDISIMU SEDANG TIDAK BAIK, JANGAN LUPA MEMBAWA MANTEL, JANGAN MATIKAN PONSELMU, JANGAN SOK SIBUK JIKA AKU MENELPONMU, JANGAN JATUHKAN PONSELMU, JANGAN MAKAN SEMBARANGAN, DAN SATU LAGI, JANGAN TERTIDUR DI MANAPUN !
Aku tersenyum melihat pesan yang kuterima dari Kibum oppa. Ia memang tak berubah, selalu saja cerewet ! aku menghela nafas, dan melihat sekeliling. Minho belum datang, jadi kuputuskan untuk mencari pekerjaan, yaitu saling berkirim sms dengan Kibum oppa.
NDE.. KENAPA CEREWETMU TAK BERKURANG, OPPA ?
Tak perlu menunggu lama, sebuah sms mampir lagi di ponselku. Kibumbum.^^;
SUDAHLAH, JANGAN MEMBANTAH ! SEDANG APA DISANA ? JANGAN LAMA-LAMA ! AKU TAK MAU MELIHATMU SAKIT LAGI !
Aku menggelengkan kepalaku. Merasa seperti seorang bayi yang selalu di protect oleh baby sitter-nya. Huh,,
NDE, OPPA !! AKU SEDANG MENUNGGU SESEORANG.. SUDAH YA, SEPERTINYA IA DATANG. ANNYEONG !!
Aku beranjak dari kursi, dan menajamkan penglihatanku kearah satu namja tinggi yang sedang menggandeng seorang yeoja yang sepertinya aku kenal..
“Ya !! kenapa kau disini, Mingi ??”
Aku tersentak, orang ini.. maksudku, yeoja yang digandeng oleh namja yang kutunggu.. benar-benar seorang Kim I Seul. Omona~ kenapa dunia ini sungguh sempit ?
“Ehm, I Seul-ssi.. ini Mingi, dia adalah..”
Kumohon sebut aku sebagai tunanganmu, aku mohon..
“… temanku. Bukankah kau dan dia saling bersahabat ?”

DEG ! 
bagai petir menyambarku, dia tak mengakuiku sebagai tunanganya.. dadaku serasa sesak, bukan hanya karena kebohonganya, tapi juga tatapan memelas dari namja itu, menyuruhku untuk ikut dalam sandiwara cintanya.. lalu tatapan dingin dan tajam dari sahabatku, membuat nyaliku semakin ciut.
“jadi kau kesini mau bertemu denganya ?”
“ya, kau tak keberatan, bukan ?”
“yaa.. asalkan ia tak berusaha merebutmu dariku ! ingat, kau adalah namjachinguku, Minho !”
Dadaku bergemuruh. Antara marah, kecewa, dan takut. Sindiran lembutnya bagai hantaman keras bagiku. Aku merasa badanku lemas. 
“oke, kau mau bicara apa, Mingi-ah ?”
Aku tercekat. Seketika bahan obrolanku menghilang entah kemana. Aku marah terhadapnya, aku marah pada diriku sendiri, aku benci dalam situasi seperti ini.
“Minho oppa.. bogosipoyo..”
Aku berusaha menghiraukan keberadaan I Seul diantara kami. Sungguh, aku merasa aku sudah berbuat terlalu jauh.
Minho mendelik kearahku, seolah ingin aku menarik kembali ucapanku. Tapi aku tetap bergeming, dan melanjutkan perkataanku.
“Saranghae, oppa..”

PLAKK !!
Kusentuh pipiku yang panas dengan cepat. Dapat kurasakan aliran darah segar dari sudut bibirku. Kutatap yeoja yang sekarang tepat dihadapanku ini, matanya mendelik marah. Tanganya melayang, hendak memukulku lagi. Dengan sigap aku menunduk, dan tanganya mendarat tepat di kepalaku, dan membuatku tersungkur di tanah. Tepat dibawah pasangan yang baru saja jadian ini.
Minho oppa berusaha membangunkanku, tapi tanganya langsung di tangkis oleh I Seul. Dan membuatku terduduk lagi. Badanku sudah lemas, perlahan-lahan pandanganku mulai kabur, lalu kuputuskan untuk berpegangan pada kaki kursi disampingku.
“APA TAK CUKUP BAGIMU UNTUK MEREBUT KIBUM OPPA, DAHULU ? APA TAK CUKUP MEMBUAT HATIKU SAKIT MELIHAT SAHABAT YANG MENUSUKKU DARI BELAKANG ? APA TAK CUKUP MEMBUATKU MENDERITA, MINGI-AH ?!! SAHABAT MACAM APA KAU INI ?!! DAN SEKARANG.. KAU MENCOBA MENGAMBIL MINHO DARIKU ? JANGAN HARAP KALI INI KAU BERHASIL ! KAU TAK AKAN BISA !! AKU BENCI PADAMU, AKU BENCI PADAMU, MINGIII !!”

BUKK, BAKK, BUKK.. !!
Kurasakan darah segar tersembur dari mulutku. Sudah tak tertahankan sakit di seluruh tubuhku. Aku hanya menatap lemah pada mereka. Berharap bahwa Minho akan menolongku, tapi kenyataanya ia malah merangkul I Seul yang sedang kalap menjauh, meninggalkan aku.
Lalu, sedetik kemudian pandanganku kabur, dan aku tak merasakan apa-apa lagi.
--
Aku mengernyit . menajamkan penglihatan. Dadaku masih sesak akibat kejadian itu. Pening masih menghinggapi kepalaku. Aku tersentak saat melihat bahwa keadaanku masih sama, masih di posisi tertelungkup, darah berlumuran di sekitar mulutku, dan tanah yang becek karena guyuran hujan.
Aku berusaha bangkit, tapi sia-sia. Tubuhku sudah tak kuat lagi. Gigiku bergemeletuk, menggigil. Kurogoh ponselku dan aku kembali tersentak melihat banyaknya sms dan missed called dari Kibum oppa. Ah, dia pasti sangat khawatir, mianhae oppa..
Jam 2 pagi.. apa dia masih menungguku ?
“yeo—“
“yaa, Mingi-ah !! kau dimana ? apa kau baik-baik saja ? Mingi !! kau membuat oppa khawatir !”
“a—aku.. hik..”
Suaraku tercekat. Tiba-tiba udara disekitarku menjadi sulit untuk dihirup. Badanku bergetar hebat. Air mataku tiba-tiba turun.
“hik.. hik.. oppa—“
“yaa, Mingi !! KAU ADA DIMANA ?”
“uhuk !! ta-man ko..hh.. ta, oppa.. to—long .. uhuk !! aku.. hh..”
Aku kembali bersandar di kaki kursi. Nafasku tercekat, tubuhku bergetar, suaraku sudah tak mau keluar. Aku memuntahkan banyak darah karena batukku. Dan sungguh, sakitnya lebih menyakitkan daripada saat aku ditampar oleh sahabatku sendiri.
--
Saat semua berubah.. saat segalanya menjadi tabu.. aku hanya ingin kau mengerti.. bahwa aku ini bukanlah yang terbaik.. aku ini bukanlah seorang yang melengkapi, melainkan mengurangi.. bahwa aku ini bukanlah orang yang baik untuk diajak berpegangan tangan.. tapi hingga nafasku hilang, aku hanya ingin.. kau mengerti, bahwa selamanya kau akan tetap menjadi sahabatku.. sahabat tak pernah pergi meninggalkan sahabatnya walau dalam keadaan apapun juga.. sahabat akan selalu ada dalam setiap kesempatan.. sahabat, walaupun aku bukan sahabat yang baik.. yang selalu menutupi segalanya.. tapi sungguh, hanya satu yang ingin kuberi padamu.. hal terbaik, hal terindah.. 


#yang sudah baca harap commentnya ^,^ ... #

Tidak ada komentar:

Posting Komentar